Ini Nasihat Terakhir Budayawan Prie GS untuk kader PKS

Prie GS dalam sebuah acara PKS beberapa waktu lalu.

SEMARANG – Budayawan kondang nasional Supriyanto alias Prie GS berpulang pada Jumat (12/2/2021) di RS Colombia. Prie GS berpulang saat masyarakat, termasuk kader PKS Kota Semarang sedang menikmati petuah-petuah bijak dari sosok Prie GS.

Prie GS sendiri kerap kali diundang PKS untuk menyampaikan petuah-petuah bijaknya, baik oleh DPD PKS Kota Semarang atau DPW PKS Jawa Tengah.

Beberapa hari sebelum berpulang, tepatnya pada 6 Februari 2021 lalu, Prie GS sempat menuliskan catatan sekaligus nasihat terakhir untuk PKS. Prie GS menuliskan catatan itu diberikan kepada Ketua Bidang Ekonomi DPW PKS Jateng Agung Budi Margono yang juga sahabat Prie GS.

Atas seizin Agung Budi Margono, Jumat siang, redaksi PKS Kota Semarang menuliskan ulang catatan Prie GS yang berjudul “PKS dan Dahaga Moral Publik.”

“Pada awalnya ini bukan pandangan politik melainkan sebuah human intetest saja: saya memiliki banyak teman dekat, teman-teman yang yang saya hormati, lalu lahirlah PKS, lalu teman-teman itu masuk ke dalamnya, lalu pandangan saya atas teman-teman itulah yang kemudian menjadi pandangan saya pada PKS. Bisa jadi pandangan itu adalah harapan,”kata Prie GS mengawali catatannya untuk PKS.

Menurut Prie GS, keberadaan PKS masih belum berubah, yakni tentang politik moral.

“Bisa pula ia kenyataan, atau setidaknya pernah menjadi kenyatan. Kata “pernah” ini sebenarnya tak ingin saya tuliskan karena seolah-olah PKS hanya pernah, tapi kini tidak lagi. Tidak. Sebagai bagian dari publik, pandangan saya pada PKS belum berubah. Walau Partai ini  terikat,”imbuh Prie GS dalam catatan tersebut.

Berikut catatan lengkap sekaligus nasihat terakhir Prie GS untuk kader PKS.

PKS dan Dahaga Moral Publik

Catatan Prie GS

Pada awalnya ini bukan pandangan politik melainkan sebuah human intetest saja: saya memiliki banyak teman dekat, teman-teman yang yang saya hormati, lalu lahirlah PKS, lalu teman-teman itu masuk ke dalamnya, lalu pandangan saya atas teman-teman itulah yang kemudian menjadi pandangan saya pada PKS. Bisa jadi pandangan itu adalah harapan.  Bisa pula ia kenyataan, atau setidaknya pernah menjadi kenyatan. Kata “pernah” ini sebenarnya tak ingin saya tuliskan karena seolah-olah PKS hanya pernah, tapi kini tidak lagi. Tidak.

Sebagai bagian dari publik, pandangan saya pada PKS belum berubah. Walau Partai ini  terikat.

Pada hukum pembagian waktu: past dan present, tapi pasti masih ada future. Di sanalah sebenarnya soal utamanya. Nilai akhir itu terletak tidak pada kemarin dan hari ini, tetapi di sana, pada akhirnya. Itulah kenapa ujian kelulusan jamak di sebut  “ujian akhir’.

Lalu apa raport ujian akhir yang layak ditunggu dari PKS? Masih seperti sedia kala, masih seperti pandangan saya atas teman-teman saya itu: pribadi yang mengesankan karena etik dan moralnya. Moral politik itulah kebutuhan besar bangsa ini. Karenanya entah ini harapan, entah ini doa, entah ini ekspektasi: ingat PKS ingat moral, itulah jargon saya sebagai bagian dari publik, setidaknya di dalam hati.

Prie GS, penulis. Tinggal di Semarang.

06 Februari 2021