Agung Budi Margono Raih Gelar Doktor: Teguh Juang dari Parlemen hingga Podium Akademik

SEMARANG – Rabu, 25 Juni 2025 menjadi hari bersejarah bagi Agung Budi Margono, tokoh publik yang selama lebih dari dua dekade dikenal sebagai wakil rakyat, khususnya dalam kiprahnya sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Semarang periode 2004–2019. Kini, beliau menorehkan prestasi akademik dengan resmi meraih gelar Doktor Ilmu Lingkungandari Universitas Diponegoro (UNDIP).

Disertasinya yang berjudul “Model Pengelolaan Waduk Jatibarang di Kota Semarang” menjadi wujud komitmennya terhadap isu-isu lingkungan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Dalam penelitiannya, Agung menawarkan pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan: pemerintah pusat dan daerah, Perum Jasa Tirta I, PDAM, hingga kelompok masyarakat seperti Pokdarwis dan petani konservasi. Menurutnya, jika tidak ada langkah intervensi yang menyeluruh, Waduk Jatibarang berpotensi kehilangan fungsi utamanya hanya dalam waktu 21 tahun ke depan akibat sedimentasi yang masif.

Sidang terbuka yang dipimpin oleh Prof. Ir. Mochammad Agung Wibowo, M.M., M.Sc., Ph.D selaku Ketua Sidang merangkap Dekan Sekolah Pascasarjana UNDIP, berlangsung dengan penuh antusiasme dan apresiasi dari berbagai pihak. Ujian disertasi tersebut juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, SE, MM, yang dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh atas kontribusi ilmiah Agung yang dianggap relevan, aplikatif, dan sangat kontekstual.

“Ini adalah hasil riset yang tak berhenti di rak perpustakaan. Ia hidup di masyarakat dan siap dijalankan,” ungkap Sumarno, yang juga menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terbuka terhadap sinergi dengan kalangan akademik yang menghasilkan solusi berbasis data dan realitas lapangan.

Agung sendiri merupakan alumni Universitas Diponegoro dari jenjang sarjana hingga doktoral (S1 Teknik Sipil, S2 Pembangunan Wilayah dan Kota, dan S3 Ilmu Lingkungan). Perjalanan akademiknya melengkapi kiprah panjangnya dalam dunia kebijakan publik. Dalam pidato penutupnya, dengan mata berkaca-kaca, ia menyampaikan bahwa ilmu harus menjadi alat untuk memperkuat keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.

Ilmu bukan hanya untuk memahami, tapi untuk membela. Ia harus berpihak pada rakyat dan menjadi bagian dari perubahan kebijakan nyata, ujarnya penuh semangat.

Kisah perjuangan Agung—yang berasal dari keluarga sederhana dan pernah menjadi anak pedagang sayur di pasar tradisional—menjadi sumber inspirasi bahwa dedikasi dan pendidikan mampu membuka jalan perubahan, baik di ruang legislatif maupun akademik.