Hidup Adalah Ujian

Taujih Zuber Safawi mengenai ujian dalam kehidupan

Zuber Syafawi, S. HI

Manusia itu adalah salah satu makhluq Allah yang paling istimewa. Mereka adalah makhluq yang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kita bisa dapati manusia yang menyebar dimuka bumi ini sangat beragam. Ada manusia yang mampu hidup dibawah nol derajat seperti manusia manusia kutub, ada manusia yang hidup di suhu udara yang sangat panas seperti orang orang arab, dan ada manusia yang hidup di udara yang pas pasan seperti orang yang hidup digaris khatulistiwa.

Manusia manusia dengan berbagai macam daya tahannya disertai beberapa karakternya yang sesuai dengan lingkungannya. Betapapun manusia itu berbeda ukuran dan karakternya tapi manusia itu tetap membutuhkan adanya Tuhan, sebagai pegangan dalam kehidupannya. Agar manusia itu bisa hidup bahagia didunia maupun di akhirat, maka Allah memberi petunjuk kepada mereka.

Namun manusia juga berbeda beda dalam menanggapi petunjuk Allah tersebut. Ada yang mengimani atau mempercayai seratus persen ayat ayat Allah tersebut, namun ada juga yang memanfaatakan ayat ayat Allah yang sesuai di imani yang tidak sesuai diingkari, dan ada pula yang seratus persen menolak petunjuk Allah.

Agar manusia didunia kelihatan benar apa yang diucapkan ataupun dusta apa yang diucapkan, Allah pasti menguji hambanya ketika manusia itu hidup di dunia, hal itu sebagaimana ditunjukkan Allah dalam ayatnya


بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ۝ الۤمۤ ۝ أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن یُتۡرَكُوۤا۟ أَن یَقُولُوۤا۟ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا یُفۡتَنُونَ ۝ وَلَقَدۡ فَتَنَّا ٱلَّذِینَ مِن قَبۡلِهِمۡۖ فَلَیَعۡلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ صَدَقُوا۟ وَلَیَعۡلَمَنَّ ٱلۡكَـٰذِبِینَ
Alif Lam Mim, Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta
[Surat Al-Ankabut: 1 – 3]

وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ أَخۡبَارَكُمۡ
Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang benar-benar berjihad dan bersabar di antara kamu; dan akan Kami uji perihal kamu.
[Surat Muhammad: 3]

Jadi setiap orang yang mengaku beriman pada Allah mereka pasti akan diuji dengan berbagai peristiwa. Apakah mereka tetap istiqomah dengan pendiriannya atau sudah melenceng dari keistiqomahan tersebut.

Orang gampang ngomong apa saja, akan tetapi apakah benar omongan seseorang itu, apakah mereka berdusta terhadap omongannya tersebut, hal semacam itu akan nampak ketika orang tersebut diuji oleh Allah dengan berbagai macam ujian.

Ujian Allah bisa berupa ujian ketauhidan. Misalnya, apakah manusia hanya tergantung pada Allah saja ataukah mereka masih bergantung dengan sesuatu yang lain. Saat manusia sakit sudah berobat kemana mana nggak sembuh sembuh, maka mereka akan diuji dengan dukun atau semacamnya. Kalau mereka tetap pada pendiriannya maka luluslah sebagai orang yang istiqomah.

Juga orang yang tidak dikaruniai anak, apakah mereka tetap hanya berobat kedokter yang memiliki ilmunya atau justru mereka pergi kedukun atau yang semacamnya. Orang yang mencari rizqi sudah kemana mana dirinya ditolak lamarannya, terus apakah mereka tetap yakin bahwa pemberi rizqi adalah Allah atau pergi ke dukun cari pesugihan itu juga merupakan ujian, begitu mereka sudah bekerja namun sudah lama ia bekerja tapi tak naik naik jabatannya sehingga ia pergi ke orang pintar yang membuat jampi jampi, itu juga ujian.

Termasuk orang yang hidup miskin namun Allah kasian padanya maka ia diberi kekayaan agar mereka bisa mudah melaksanakan ibadah tapi ia lupa tugas utamanya dan sibuk dengan kesempatan kesempatan mendapatkan rizqi yang melimpah hingga ia lupa sholat, lupa zakat, lupa puasa dan seterusnya, atau kemiskinan yang membuat ia lalai pada Dzat pemberi kehidupan sehingga sibuk mencari rizqi saja tanpa memperhatikan aturan aturan yang dibuat Allah kepada mereka.

Ujian berupa perintah Allah, seperti Nabi Ibrahim diperintahkan Allah SWT menyembelih putra tercintanya bernama Ismail. Dan nabiyulloh Ibrahim as selalu menyempurnakan pelaksanaan ujian tersebut.


۞وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِـۧمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِيۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهۡدِي ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.”
[Surat Al-Baqarah: 124]

Coba kita perhatikan perintah perintah Allah yang ditujukan pada Nabiyullah Ibrahim AS, sangat berat. Dan kadang perintah Allah itu sekedar lewat mimpi, namun demikian Ibrahim bersama putranya Ismail AS tetap dengan tabah mencoba menyempurnakan pelaksanaan perintah Allah tersebut.

Ujian larangan Allah SWT, seperti larangan berzina, korupsi, membunuh, merampok, mencuri, sogok-menyogok, dan segala kemaksiatan serta kezaliman. Ujian ini berupa ujian ketaatan pada Allah atau kita mau mengikuti langkah syaithon yang sudah pasti menyesatkan dari jalan Allah dan pasti mencerai beraikan dari jalan Allah tersebut


وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.
[Surat Al-An’am: 153]

Ujian berupa musibah


وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar
[Surat Al-Baqarah: 155]

Ujian yang akan diujikan pada manusia berupa rasa ketakutan akan kematian yang memang selalu tiba tiba walaupun itu pada hakikatnya sudah tertulis di lauhul mahfudz hanya kebetulan manusia tidak mengetahuinya. Begitu juga kelaparan yang kadang menjadikan manusia itu memillki sifat tama’ terhadap harta.

Ujian nikmat, sebagaimana Allah SWT jelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 7.


إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِینَةࣰ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَیُّهُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلࣰا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami uji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.”
[Surat Al-Kahfi: 7]

Ujian ini kadang berupa kepingin harta yang dimiliki tetangganya padahal harta tersebut adalah sesuatu yang tidak diperintahkan kita harus memilikinya, karena harta tersebut hanya sebagai perhiasan di dunia saja.

Ujian dari orang zalim buat kita, baik kafirun (orang yang tidak beragama Islam), musyrikun (menyekutukan Allah SWT), munafiqun, jahilun (bodoh), fasiqun (menentang syariat Allah), maupun hasidun (dengki, iri hati). Mereka adalah musuh musuh Allah yang ingin kita masuk kedalam barisannya, sehingga kita kadang terganggu atas tawaran tawaran mereka yang menggiurkan. Itu adalah ujian tersendiri buat orang yang mau istiqomah.

Ujian keluarga, suami, istri, dan anak. Keluarga yang kita cintai bisa menjadi musuh kita karena kedurhakaanya kepada Allah SWT.


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُمۡ عَن ذِكۡرِ ٱللَّهِۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡخَٰسِرُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”
[Surat Al-Munafiqun: 9]

Salah satu bentuk ujian kelompok ini adalah tuntutan anak yang hakikatnya menjerumuskan kedalam kemaksiatan, karena alasan kasih sayang pada anak maka orang tua itu memenuhinya maka orang tua semacam ini termasuk orang yang dikalahkan dengan kemaksiatan.

Ujian lingkungan, tetangga, pergaulan, tempat dan suasana kerja, termasuk sistem pemerintahan/negara.


وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ﴿١١٦﴾إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allâh. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persanggkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja. Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.”
[Surat Al-An’am: 116-117]

TAFSIR RINGKAS Ketahuilah wahai Rasulullah! Sesungguhnya “jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah,” maksudnya seandainya kamu (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam) mendengarkan, mengambil dan mengikuti pendapat atau saran-saran mereka, maka mereka akan menyesatkanmu secara nyata dari jalan Allah Azza wa Jalla.

Penyebabnya adalah sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengetahuan dan ilmu yang haq. Seluruh apa yang mereka ucapkan berasal dari hawa nafsu dan bisikan syaitan. “Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah mengira-ngira saja.” Sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti perkataan-perkataan yang berasal dari prasangka-prasangka mereka. Tidaklah mereka berbicara kecuali hanya dengan mengira-ngira saja dan berdusta. “Sesungguhnya Rabbmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.”

Cukuplah bagimu pengetahuan Allah Azza wa Jalla tentang mereka dan Dia-lah yang Maha Mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya .

Ujian berupa kehidupan dan kematian, termasuk didalamnya apakah itu kebaikan yang diberikan Allah maupun musibah musibah yang menimpa seseorang


كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَنَبۡلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلۡخَيۡرِ فِتۡنَةٗۖ وَإِلَيۡنَا تُرۡجَعُونَ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”
[Surat Al-Anbiya’: 35]

Termasuk ujian adalah kesholehan seseorang apakah mereka menjadi sombong atau bertambah tawadlu’ nya kepada Allah, juga kefasiqan seseorang, itupun juga merupakan ujian yang datang dari Allah, apakah mereka merasa nyaman dengan kehidupan fasiq tersebut.


وَقَطَّعۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ أُمَمٗاۖ مِّنۡهُمُ ٱلصَّٰلِحُونَ وَمِنۡهُمۡ دُونَ ذَٰلِكَۖ وَبَلَوۡنَٰهُم بِٱلۡحَسَنَٰتِ وَٱلسَّيِّـَٔاتِ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
“Dan Kami pecahkan mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang shalih dan ada yang tidak demikian. Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).”
[Surat Al-A’raf: 168]

Semarang, 18 Januari 2021